Jumat, 07 Desember 2012

Filled Under:

Abdullah Hidup Tanpa Khilafah

Share
Ketika fajar menyingsing, Abdullah lahir ke dunia dengan tangisan keras.  Dia lahir dalam kehidupan, yang tidak per-nah dia ketahui. Di antaranya, bahkan ada perkara yang sangat berpengaruh terhadap seluruh hidupnya. Yaitu, ketika dia lahir dalam kehidupan, dimana syariat Allah ditelantar-kan…  Dia lahir ke bumi yang diperitah dan dihukumi bukan dengan syariah Allah.

Di hari pertamanya, Abdullah berhenti menangis dan berteriak… Sebelumnya, teriakan Abdullah memenuhi rua-ngan.  Teriakannya itu diiringi jeritan Islam, karena derita dan pedih lantaran dijauhkan dari negara dan kehidupan…  Jerit kepedihan di seluruh negeri kaum Muslim.

Abdullah bertambah besar, dan beranjak menjadi kanak-kanak…  Dia sangat suka bermain.  Permainan yang paling dia sukai adalah permainan menggali tanah…  Tahun demi tahun berlalu, dia memainkan permainan yang dia sukai.  Berapa pun lamanya Abdullah menggali tanah, dia tidak merasakan kerinduan luar biasa tanah itu akan kembalinya pemerintahan berdasarkan apa yang telah diturunkan oleh Allah ke pangkuannya.  Abdullah tidak merasakan betapa besarnya penderitaan dan kesengsaraan bumi akibat lenyap-nya pemerintahan Islam darinya…  Ini wajar, dan bisa dimaaf-kan, karena Abdullah masih anak-anak.

Abdullah bertambah besar dan telah menjadi seorang pemuda yang kuliah di fakultas bisnis.  Sebagian besar yang dia pelajari, dengan jelas menyatakan bahwa syariat Allah dibuang dan dicampakkan, hukum-hukum Islam dilecehkan sepanjang waktu, dan hak Islam untuk memerintah dan ber-daulat telah dirampas dengan brutal. Abdullah juga berulang kali mendengar firman Allah:

﴿وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلاَ تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ﴾
Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu.
(QS al-Maidah [5]: 49)

Ia juga berulang-ulang mendengar firman Allah SWT:

﴿أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ﴾
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS al-Maidah [5]: 50)

Namun, Abdullah tidak mendengar suara syariat dicampak-kan. Dia juga tidak merasakan betapa besarnya pelecehan terhadap hukum-hukum syara’ yang hanif. Dia juga tidak melihat betapa ngerinya hak Islam untuk memerintah dan menyusun UU dirampas.

Abdullah pun lulus dan mulai bekerja pada dunia bisnis…  Dia selalu  bersentuhan dengan berbagai aturan yang me-ngatur aktivitas bisnis. Selalu melihat pengumuman dan iklan utang ribawi. Dia juga selalu menjalankan transaksi jual beli yang haram. Meski semuanya itu mengalirkan dengan sangat deras makna-makna pengabaian syariat Allah dan melupa-kan berbagai fenomena Islam yang diamputasi dari kehi-dupan, dibiarkan mengering sementara serangan musuh-musuhnya menerobos ke dalamnya.  Islam terpotong dari kehidupan karena diaborsi dan dihalangi dengan keras dan brutal; sesuatu yang memastikan agar Islam tetap terluka, atau bahkan darahnya habis supaya mati. Tetapi, mereka tidak pernah tahu, bahwa hukum Islam memang tidak tam-pak, namun belum mati. Meski semuanya itu terjadi, Ab-dullah tetap belum bisa merasakan makna-makna itu, dan belum bisa menyibak sedikitpun dari semua fenomena ter-sebut. Padahal dia selalu membaca dan mendengarkan firman Allah SWT:

﴿إِنِ الْحُكْمُ إِلاَّ لِلَّهِ أَمَرَ أَلاَّ تَعْبُدُوا إِلاّّّ إِيَّاهُ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ﴾
Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS Yusuf [12]: 40)

Dan firman Allah SWT:

﴿أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ﴾
Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah? (QS asy-Syura [42]: 21)

Abdullah pun bertambah tua dan merasa ajalnya semakin dekat. Dia mengikuti kenangan akan berbagai kesenangan, penderitaan, senyum dan tangisnya yang mengalir begitu saja. Disertai perasaan mendalam, bahwa hidupnya sangat pendek dan cepat berlalu…  Lalu, datanglah sakaratul maut. Nyawanya pun keluar dari badannya untuk menghadap sang khalik. Abdullah masuk ke bumi, di mana syariat Allah diterlantarkan, lalu dikubur di bumi yang tidak diperintah dengan syariat yang telah diturunkan oleh Allah.… Abdullah mengarungi seluruh hidupnya, tanpa pernah menyaksikan hukum Islam.. Selama hidupnya dia mendengar dan mem-baca berulang-ulang firman Allah SWT:

﴿فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً﴾
“Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS an-Nisa [4]: 59)

Dan firman Allah SWT:

﴿وَمَا اخْتَلَفْتُمْ فِيهِ مِنْ شَيْءٍ فَحُكْمُهُ إِلَى اللَّهِ﴾
Tentang sesuatu apapun kamu berselisih maka putusannya (terserah) kepada Allah. (QS asy-Syura [42]: 10)

Juga firman Allah SWT:

﴿أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ ءَامَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلالا بَعِيدًا﴾ 
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. (QS an-Nisa [4]: 60)

Meski begitu, Abdullah tidak bisa merasakan betapa besar penderitaan Islam dalam kehidupan ini. Dia juga tidak benar-benar marah atas hilangnya pemerintahan berdasarkan syariat yang telah diturunkan oleh Allah, padahal dia menghabiskan hidupnya sebagai businesman yang dengan jelas melihat betapa dalam keterasingan Islam dari hidup-nya… Abdullah banyak menangis dalam hidupnya karena sedih, menderita dan dipaksa. Tetapi dari sekian tangisan yang banyak itu tidak ada satu pun tangisan yang merupa-kan manifestasi kesedihan, penderitaan dan ketertindasan atas dipukulnya Islam dengan keras dan brutal, dengan menggunakan cambuk aturan dan perundang-undangan asing Barat yang dimasukkan.

Kehidupan yang dilalui Abdullah terus saja dipaksa terpisah dari pakaian Islam yang dibalut dengan rahmat dan ketenteraman. Sebaliknya, malah dipaksa mengenakan pa-kaian hitam yang memicu fitnah hingga menghanguskan seluruh isinya… Kehidupan yang ditinggal Abdullah juga terus saja memandang dengan penuh harap akan kembali-nya pemerintahan Islam kepadanya.

Islam juga tetap saja diusir dari negerinya, bumi tempat Abdullah dikuburkan, dan dipaksa hidup tanpa tempat tinggal… tanpa institusi yang menjadi tempat berlindung bagi orang yang menderita penyiksaan hebat… mengha-nguskan… menggerogoti daging sejarahnya yang panjang…  Bumi tempat Abdullah dikuburkan masih tetap merindukan pemerintahan berdasarkan syariat yang telah diturunkan oleh Allah SWT…  Fenomena perampasan hak Islam dalam pemerintahan, kedaulatan, legislasi, kemuliaan dan kehor-matan terus saja didemonstrasikan di negeri-negeri kaum Muslim secara terus-menerus silih berganti… Kehidupan terus berjalan… sementara derita dan nestapa Islam juga terus berlanjut.

Ziyad Ghazal
(Sebuah kisah singkat dari Buku "Rancangan Undang-undang Perdagangan Negara Khilafah" karya Syeihk Ziyad Ghazal) 

0 komentar:

Posting Komentar