Ketika
fajar menyingsing, Abdullah lahir ke dunia dengan tangisan keras. Dia
lahir dalam kehidupan, yang tidak per-nah dia ketahui. Di antaranya,
bahkan ada perkara yang sangat berpengaruh terhadap seluruh hidupnya.
Yaitu, ketika dia lahir dalam kehidupan, dimana syariat Allah
ditelantar-kan… Dia lahir ke bumi yang diperitah dan dihukumi bukan
dengan syariah Allah.
Di
hari pertamanya, Abdullah berhenti menangis dan berteriak… Sebelumnya,
teriakan Abdullah memenuhi rua-ngan. Teriakannya itu diiringi jeritan
Islam, karena derita dan pedih lantaran dijauhkan dari negara dan
kehidupan… Jerit kepedihan di seluruh negeri kaum Muslim.
Abdullah
bertambah besar, dan beranjak menjadi kanak-kanak… Dia sangat suka
bermain. Permainan yang paling dia sukai adalah permainan menggali
tanah… Tahun demi tahun berlalu, dia memainkan permainan yang dia
sukai. Berapa pun lamanya Abdullah menggali tanah, dia tidak merasakan
kerinduan luar biasa tanah itu akan kembalinya pemerintahan berdasarkan
apa yang telah diturunkan oleh Allah ke pangkuannya. Abdullah tidak
merasakan betapa besarnya penderitaan dan kesengsaraan bumi akibat
lenyap-nya pemerintahan Islam darinya… Ini wajar, dan bisa dimaaf-kan,
karena Abdullah masih anak-anak.
Abdullah
bertambah besar dan telah menjadi seorang pemuda yang kuliah di
fakultas bisnis. Sebagian besar yang dia pelajari, dengan jelas
menyatakan bahwa syariat Allah dibuang dan dicampakkan, hukum-hukum
Islam dilecehkan sepanjang waktu, dan hak Islam untuk memerintah dan
ber-daulat telah dirampas dengan brutal. Abdullah juga berulang kali
mendengar firman Allah:
﴿وَأَنِ
احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلاَ تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ
وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ
إِلَيْكَ﴾
“Dan
hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang
diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan
berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan
kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu.”
(QS al-Maidah [5]: 49)
Ia juga berulang-ulang mendengar firman Allah SWT:
﴿أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ﴾
“Apakah
hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih
baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS al-Maidah [5]: 50)
Namun,
Abdullah tidak mendengar suara syariat dicampak-kan. Dia juga tidak
merasakan betapa besarnya pelecehan terhadap hukum-hukum syara’ yang hanif. Dia juga tidak melihat betapa ngerinya hak Islam untuk memerintah dan menyusun UU dirampas.
Abdullah
pun lulus dan mulai bekerja pada dunia bisnis… Dia selalu bersentuhan
dengan berbagai aturan yang me-ngatur aktivitas bisnis. Selalu melihat
pengumuman dan iklan utang ribawi. Dia juga selalu menjalankan transaksi
jual beli yang haram. Meski semuanya itu mengalirkan dengan sangat
deras makna-makna pengabaian syariat Allah dan melupa-kan berbagai
fenomena Islam yang diamputasi dari kehi-dupan, dibiarkan mengering
sementara serangan musuh-musuhnya menerobos ke dalamnya. Islam
terpotong dari kehidupan karena diaborsi dan dihalangi dengan keras dan
brutal; sesuatu yang memastikan agar Islam tetap terluka, atau bahkan
darahnya habis supaya mati. Tetapi, mereka tidak pernah tahu, bahwa
hukum Islam memang tidak tam-pak, namun belum mati. Meski semuanya itu
terjadi, Ab-dullah tetap belum bisa merasakan makna-makna itu, dan belum
bisa menyibak sedikitpun dari semua fenomena ter-sebut. Padahal dia
selalu membaca dan mendengarkan firman Allah SWT:
﴿إِنِ
الْحُكْمُ إِلاَّ لِلَّهِ أَمَرَ أَلاَّ تَعْبُدُوا إِلاّّّ إِيَّاهُ
ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ﴾
“Keputusan
itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak
menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui.” (QS Yusuf [12]: 40)
Dan firman Allah SWT:
﴿أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ﴾
“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (QS asy-Syura [42]: 21)
Abdullah
pun bertambah tua dan merasa ajalnya semakin dekat. Dia mengikuti
kenangan akan berbagai kesenangan, penderitaan, senyum dan tangisnya
yang mengalir begitu saja. Disertai perasaan mendalam, bahwa hidupnya
sangat pendek dan cepat berlalu… Lalu, datanglah sakaratul maut.
Nyawanya pun keluar dari badannya untuk menghadap sang khalik. Abdullah
masuk ke bumi, di mana syariat Allah diterlantarkan, lalu dikubur di
bumi yang tidak diperintah dengan syariat yang telah diturunkan oleh
Allah.… Abdullah mengarungi seluruh hidupnya, tanpa pernah menyaksikan
hukum Islam.. Selama hidupnya dia mendengar dan mem-baca berulang-ulang
firman Allah SWT:
﴿فَإِنْ
تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ
كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ
وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً﴾
“Kemudian
jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia
kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS an-Nisa [4]: 59)
Dan firman Allah SWT:
﴿وَمَا اخْتَلَفْتُمْ فِيهِ مِنْ شَيْءٍ فَحُكْمُهُ إِلَى اللَّهِ﴾
“Tentang sesuatu apapun kamu berselisih maka putusannya (terserah) kepada Allah.” (QS asy-Syura [42]: 10)
Juga firman Allah SWT:
﴿أَلَمْ
تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ ءَامَنُوا بِمَا أُنْزِلَ
إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا
إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ
الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلالا بَعِيدًا﴾
“Apakah
kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman
kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan
sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka
telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud
menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.” (QS an-Nisa [4]: 60)
Meski
begitu, Abdullah tidak bisa merasakan betapa besar penderitaan Islam
dalam kehidupan ini. Dia juga tidak benar-benar marah atas hilangnya
pemerintahan berdasarkan syariat yang telah diturunkan oleh Allah,
padahal dia menghabiskan hidupnya sebagai businesman yang
dengan jelas melihat betapa dalam keterasingan Islam dari hidup-nya…
Abdullah banyak menangis dalam hidupnya karena sedih, menderita dan
dipaksa. Tetapi dari sekian tangisan yang banyak itu tidak ada satu pun
tangisan yang merupa-kan manifestasi kesedihan, penderitaan dan
ketertindasan atas dipukulnya Islam dengan keras dan brutal, dengan
menggunakan cambuk aturan dan perundang-undangan asing Barat yang
dimasukkan.
Kehidupan
yang dilalui Abdullah terus saja dipaksa terpisah dari pakaian Islam
yang dibalut dengan rahmat dan ketenteraman. Sebaliknya, malah dipaksa
mengenakan pa-kaian hitam yang memicu fitnah hingga menghanguskan
seluruh isinya… Kehidupan yang ditinggal Abdullah juga terus saja
memandang dengan penuh harap akan kembali-nya pemerintahan Islam
kepadanya.
Islam
juga tetap saja diusir dari negerinya, bumi tempat Abdullah dikuburkan,
dan dipaksa hidup tanpa tempat tinggal… tanpa institusi yang menjadi
tempat berlindung bagi orang yang menderita penyiksaan hebat…
mengha-nguskan… menggerogoti daging sejarahnya yang panjang… Bumi
tempat Abdullah dikuburkan masih tetap merindukan pemerintahan
berdasarkan syariat yang telah diturunkan oleh Allah SWT… Fenomena
perampasan hak Islam dalam pemerintahan, kedaulatan, legislasi,
kemuliaan dan kehor-matan terus saja didemonstrasikan di negeri-negeri
kaum Muslim secara terus-menerus silih berganti… Kehidupan terus
berjalan… sementara derita dan nestapa Islam juga terus berlanjut.
Ziyad Ghazal
(Sebuah kisah singkat dari Buku "Rancangan Undang-undang Perdagangan Negara Khilafah" karya Syeihk Ziyad Ghazal)
0 komentar:
Posting Komentar